Bagaimana kau tahu aku akan datang?

Diceritakan ada satu keluarga, Herman dan istrinya, Jose mereka memiliki sebuah toko yang menjual mainan anak, setelah hari mulai petang mereka mengunci toko tempat mereka bekerja dan bergegas ke rumah. Jam telah menunjukan pukul  11:00 malam.  Pada saat itu adalah malam natal di tahun 1949. Mereka merasa lelah namun mereka senang telah menjual hampir semua mainan anak di toko mereka, kecuali satu paket yang belum dijemput. 
Biasanya mereka akan terus membuka toko mereka sampai semuanya terjual dan dilunasi. “Kami tidak akan senang kalau mengetahui bahwa ada beberapa hadiah anak masih berada di rak pada saat sudah natal. Tetapi orang yang telah menempatkan uang dolar di atas paket itu tidak pernah kembali” kata sang ayah.

Di awal Natal di pagi hari keluarga Herman dan anak mereka Tom yang berumur dua belas tahun, membuka hadiahnya. Tapi perasaan Ayah Tom pada saat itu merasa ada sesuatu yang membosankan tentang Natal. Tom telah bertumbuh dewasa, sang ayah merindukan kegembiraan Tom sewaktu masih anak-anak di tahun-tahun terakhir. Begitu sarapan selesai Tom meninggalkan rumah untuk mengunjungi temannya di sebelah rumah.  Ayah Tom  bergumam, "Aku akan kembali tidur tak ada sesuatu yang tersisa lagi.." Jadi  Ibu Tom sendirian, merasa  dikecewakan.

Dan mulailah, suatu dorongan keanehan terjadi, tampaknya dorongan ini memberitahuku untuk pergi ke toko namun di luar sana hujan berjatuhan di atas trotoar, udara terasa sangat dingin.  Aku berkata kepada diriku sendiri untuk menolak dorongan untuk keluar rumah, tapi tidak berhasil. Bahkan, dorongan itu semakin kuat. Akhirnya, aku tidak bisa tahan lagi, dan kemudian berpakaian. Di luar, angin dingin menerpa tubuhku dan hujan es yang menyengat pipiku. Aku meraba-raba perlahan di jalan ke toko, aku tergelincir dan meluncur dalam perjalananku.

Di depan berdiri dua anak laki-laki, sekitar sembilan tahun, dan yang satunya sekitar enam tahun. "Lihat, aku sudah katakan bahwa dia akan datang!" anak yang lebih tua mengatakan penuh sukacita namun pria yang lebih muda itu terlihat mencucurkan air mata, tetapi ketika dia melihat aku, isak tangisnyanya berhenti. "Apa yang kalian lakukan di sini?" kami bersama, bergegas ke toko. "Kalian seharusnya berada di rumah pada hari seperti ini!" Mereka berpakaian sangat buruk. Mereka tidak punya topi atau sarung tangan, dan sepatu mereka hampir tidak bisa digunakan lagi . Aku mengusap tangan mereka yang dingin, dan membawa mereka dekat dengan pemanas untuk menghangatkan tubuh mereka.

"Kami sudah menunggumu," jawab anak yang lebih tua. " Adikku Jimmy tidak mendapatkan permainan Natal." Ia menyentuh pundak Jimmy. "Kami ingin membeli sepatu roda. Itulah yang dia inginkan kami memiliki uang  tiga dolar.," Katanya, menarik uang koin dari sakunya. Aku melihat uang tersebut dan memandang wajah mereka. Dan pandanganku melihat ke sekeliling toko. "Maafkan aku," kataku, "tapi kita tidak punya lagi"  Tiba-tiba mataku melihat ke rak mainan ada sebuah paket disana. "Tunggu sebentar," . Aku berjalan, mengambil paket tersebut, membukanya dan, ajaib,! ada sepasang sepatu!  Kemudian aku menyerahkannya kepada Jimmy . “Tuhan, semoga ukuran sepatu itu cocok untuk mereka”. Dan keajaibanpun terjadi pada hari itu.

Anak laki-laki yang lebih tua memberikan uang dolar kepadaku. "Tidak," kataku, Aku ingin kalian untuk memiliki sepatu, dan aku ingin kalian menggunakan uang kalian untuk mendapatkan beberapa sarung tangan." Kedua anak tersebut merasa senang, terlihat sukacita di mata mereka ketika mereka mengerti bahwa aku memberikan sepatu roda untuk mereka.  Ini adalah suatu berkat yang murni suatu sukacita yang indah yang aku peroleh untuk dibagikan kepada kedua anak muda ini.

Kami berjalan bersama-sama keluar dari Toko, dan ketika aku mengunci pintu, aku berpaling kepada anak yang lebih tua dan berkata, "Bagaimana kau tahu aku akan datang?" Aku tidak siap untuk jawabannya. Tatapannya mantap, dan dia menjawab dengan lembut. "Aku meminta Yesus untuk mengirimkanmu."
Perasaan lega terasa dalam dada, aku tidak merasa dingin lagi.  Allah telah merencanakan semuanya ini, kami akhirnya melambaikan tangan tanda berpisah aku kembali ke rumah untuk natal yang indah.


“Seorang bersukacita karena jawaban yang diberikannya, dan alangkah baiknya perkataan yang tepat pada waktunya!” Ams. 15:23

Komentar